Suara dari Kangean: Untukmu yang Mengaku Pendakwah, Tapi Menyakiti Anak-anak

Suara dari Kangean: Untukmu yang Mengaku Pendakwah, Tapi Menyakiti Anak-anak"
H.Safiudin

Oleh: H. Safiudin, S.H., M.H. – Pulau Kangean

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang menitipkan anak-anak sebagai amanah, bukan sebagai mainan. Salawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kita kasih sayang, bukan penyalahgunaan kuasa.

Hari ini saya tidak sedang ingin berbicara dengan suara lembut. Sebab ada luka yang terlalu dalam untuk dibungkus dengan kata-kata manis. Luka yang ditinggalkan oleh mereka yang seharusnya menjadi panutan, tapi justru jadi ancaman bagi anak-anak kita.

Saya bicara tentang mereka yang bersorban, berjubah, mengajarkan ayat-ayat Tuhan—tapi diam-diam menyentuh anak-anak dengan niat kotor. Mereka memakai simbol agama, tapi hatinya kosong dari takut pada Tuhan.

Wahai engkau yang katanya “ustadz”, apakah kau kira Tuhan tidak melihat perbuatanmu hanya karena kau melakukannya di balik dinding musala? Apakah kau pikir karena orang-orang menyebutmu alim, lalu langit pun ikut bungkam?

Engkau mengajarkan doa, tapi diam-diam merusak masa depan anak-anak. Engkau bicara tentang pahala, tapi justru menanam dosa yang mengendap dalam trauma anak-anak kecil yang tak bersalah.

Dan yang lebih menyakitkan, sebagian masyarakat malah memilih diam. Karena “takut nama baik rusak”, karena “tidak ada bukti”, karena “dia orang terpandang”.

Lalu siapa yang akan membela anak-anak kita? Siapa yang akan bersuara kalau semua memilih tutup mulut?

Di pulau kecil ini, Pulau Kangean, kami tidak akan diam. Kami ingin anak-anak tumbuh tanpa takut, tanpa trauma, tanpa bayang-bayang orang dewasa yang tak tahu diri. Jika bersuara bisa menyelamatkan satu jiwa saja, maka itu sudah cukup mulia.

Kepada predator anak—kau tidak hanya butuh dipenjara, kau perlu kehilangan topengmu. Dan kepada anak-anak kami, ketahuilah: kalian tidak salah. Kalian tetap suci. Yang salah adalah mereka yang memperalat agama untuk memuaskan nafsunya.

Pulau Kangean ini mungkin kecil. Tapi suara kami akan tetap lantang. Dan kami percaya, Tuhan tidak akan tinggal diam.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *