Oleh: Safiudin, S.H., M.H.
Sepekan saya tinggal di Pulau Saobi, bagian selatan dari gugusan Kepulauan Kangean, dan saya merasakan secara langsung keterbatasan penerangan yang dialami warga. Pulau yang selama ini memendam harapan besar terhadap energi bersih dan berkelanjutan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), kini justru harus pasrah menerima kenyataan: listrik hanya menyala selama 3,5 jam setiap malam.
Malam Senin, 23 April 2023, saya berkesempatan mengunjungi lokasi PLTS Saobi. Bersama tokoh masyarakat, Hartono, S.Pd., M.Pd., dan aparatur desa, Zainal Arifin, kami berdiskusi dengan dua petugas PLTS, Heri dan Salehuddin. Kunjungan ini dilatarbelakangi oleh pemberitaan sebelumnya. Petugas mengklarifikasi sejumlah informasi yang dianggap kurang tepat, dan penjelasan mereka pun diterima. Namun, di tengah dingin malam, diskusi kami terputus oleh waktu. Masih banyak hal yang belum terjawab dan menunggu pembahasan lebih lanjut bersama pemangku kepentingan.
PLTS sempat menyata dengan kapasitas daya input sebesar 150 KWP diresmikan di bawah komando MULP Kangean. Tercatat, sebanyak 438 pelanggan rumah tangga memperoleh layanan dengan daya sebesar 450 KWH per keluarga. Sistem tersebut didukung oleh 312 baterai (ACCU), yang masing-masing mampu menyimpan energi sekitar 1.000 watt—cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga dini hari ( 11 jam ).
Namun, waktu membawa perubahan. Beban bertambah, baik karena peningkatan daya maupun permintaan sambungan baru dengan kapasitas 900 KWH. Sayangnya, kapasitas PLTS tidak pernah diperluas. Akibatnya, kini penerangan hanya dinikmati sejak pukul 17.30 hingga 20.00—sekitar 3,5 jam per hari. Selebihnya, warga kembali ke dalam kegelapan.
Warga pulau, dalam diam dan kepasrahannya, seolah melaporkan nasibnya kepada Tuhan:
“Angin surgaku pupus, Tuhan. Penerangan kini hanya 3,5 jam. Dengan cara apa lagi aku mengadu? Haruskah aku laporkan para pemangku kebijakan itu pada-Mu, melalui malaikat-Mu?”
Keluhan itu bukan sekadar metafora. Ia mencerminkan rasa putus asa dari masyarakat yang selama ini menanti keajaiban dalam senyap.
Rekomendasi dan Harapan
1. Perluasan Kapasitas PLTS
PLN perlu segera mengambil langkah strategis untuk menambah kapasitas PLTS di Pulau Saobi agar kebutuhan energi masyarakat terpenuhi secara layak, tidak sekadar formalitas.
2. Penerangan Fasilitas Umum
Selain rumah tangga, fasilitas umum (FASUM) seperti jalan, rumah ibadah, dan sekolah, harus mendapat perhatian khusus. Penerangan yang memadai akan mendukung aktivitas sosial dan ekonomi warga.
Pulau Saobi bukan hanya bagian dari peta administratif. Ia adalah rumah bagi ribuan jiwa yang berharap pada negara, agar hadir bukan hanya dalam pidato seremonial, tapi nyata dalam cahaya yang menyala sepanjang malam.